4/24/2009

Mencuri Shalat

''Sejahat-jahat pencuri adalah orang yang mencuri
dari shalatnya. Para sahabat nabi bertanya, 'Wahai
Rasulullah, bagaimana ia mencuri dari shalatnya?'
Beliau menjawab, [Ia] tidak menyempurnakan ruku dan
sujudnya.'' (HR Ahmad).

Suatu hari, seusai shalat berjamaah, Rasulullah
duduk bersama para sahabatnya di salah satu sudut
masjid. Tiba-tiba datang seorang laki-laki ke sebuah
sudut lain dan langsung mengerjakan shalat
sendirian. Dalam shalatnya orang itu ruku dan sujud
dengan cara mematuk (sebentar-sebentar) karena
terburu-buru.

Melihat hal itu, kemudian Rasulullah berkata kepada
para sahabatnya, ''Apakah kalian menyaksikan orang
ini? Barang siapa meninggal dalam keadaan
[shalatnya] seperti ini, maka ia meninggal di luar
agama Muhammad.''

Nabi Saw kemudian meng-qiyas-kan (memperumpamakan)
orang itu seperti burung gagak yang sedang mematuk
darah dan seperti orang lapar yang hanya makan
sebutir atau dua butir kurma. ''Bagaimana ia bisa
kenyang?'' tanya beliau.

Sikap terburu-buru dalam shalat, hingga merusak
gerakan dan makna shalat, menurut Muhammad Shalih
Al-Munajim termasuk perbuatan dosa. Hal itu sama
saja dengan memusnahkan thuma'ninah 'tenang/diam
sejenak' yang merupakan salah satu rukun shalat.
Padahal, tidak ada shalat tanpa melengkapi
rukun-rukunnya.

Jadi, dengan tidak dipenuhinya thuma'ninah, shalat
bukan sekadar tidak sah, tetapi shalat itu dianggap
tidak ada. Allah bahkan mengancam orang-orang yang
shalatnya seperti itu dengan kutukan bahwa mereka
akan celaka. Pasalnya, dengan meninggalkan hal
tersebut (thuma'ninah), mereka sudah lalai dalam
shalat (QS Al-Ma'un: 4).

Mengapa Allah dan nabi saw sedemikian mencela dan
mengancam perbuatan itu, sampai disamakan dengan
mencuri? Sebab, shalat adalah hubungan batin antara
hamba dan Allah yang sangat sakral. Hubungan khusus
itu mengandung makna penghambaan dan penghormatan
kepada Sang Pemilik Kehidupan, Allah yang mahaagung.

Membuang thuma'ninah merupakan bukti bahwa orang
yang melakukan shalat itu tidak sungguh-sungguh
dalam melakukan penghormatan terhadap Tuhan, bahkan
hal itu juga termasuk penghinaan.
Dalam hubungan antarsesama manusia saja terdapat
hukum sopan santun, terutama terhadap yang lebih
tinggi kemuliaannya, apalagi terhadap Tuhan yang
telah memberikan kepada manusia segala kenikmatan.

Tidak ada komentar: