9/08/2008

Luv U...


Abrar sayang...
Ibu kangeeeeeeen bgt ..
Do'a in ibu yah..semoga bisa selalu ada untuk mu..ketika km ingin bercerita bahagia...
Do'ain ibu ..selalu ada ketika dirimu sedih..
Do'ain ibu...menjadi ibu yang sangat kau banggakan..
Do'ain ibu...menjadi ibu yang selalu dapat kau handalkan...
Ibu selalu ber do'a semoga engkau menjadi selalu bahagia dalam hidupmu kelak...
Ibu berdo'a semoga sesedih apapun kisahmu...ingatlah untuk berbahagia atas kesedihan itu sendiri...

9/05/2008

Tukarkan SMS Lebaran Dengan Sedekah

Ah ya.. Di sini saya ingin meminta maaf buat teman-teman yang telah susah payah mengirimkan sms ke saya menjelang puasa. Karena saya mungkin tak membalas semua sms yang masuk yang jumlahnya ratusan. Juga buat yang mungkin nanti saat lebaran akan mengirimkan sms ke saya (ini sih ke-geer-an).

Tanpa kirim sms ke sayapun, Insya Allah saya telah menerima tegur sapa indah itu. Dan maaf memaafkan adalah hidangan yang selalu saya sediakan untuk disantap setiap hari oleh siapapun kawan saya.

Saran saya, kurangi jumlah sms yang teman-teman kirimkan - apalagi yang sifatnya basa-basi - dan tukarlah dengan sedekah buat siapapun saudara-saudara kita yang membutuhkan. Atau anak-anak jalanan. Atau mereka yang kesulitan melanjutkan sekolah. Yang jumlahnya tidak hanya ribuan tapi jutaan.

Semoga Allah mengampuni saya, tapi sejujurnya ini yang sedang saya lakukan. Jadi saya sangat memohon keikhlasan teman-teman yang tak saya balas smsnya karena di-switch ke sedekah, semoga jadi amal baik teman-teman semua.

Berapa sms yang Anda kirim saat lebaran? Rata-rata lebih dari 20 kan? Apalagi kalo temannya banyak mungkin bisa melebihi angka 100. Phonebook saya aja terisi 800-an nomer. Jika tiap sms biayanya rata-rata Rp 100,- (Ok, beberapa ada yang 50 atau 25 rupiah baik internal maupun antar operator. Tapi coba cek beneran: rata-ratanya kira-kira segitu deh). Nah, sekarang dikalikan pemakai hp se-Indonesia yang puluhan bahkan ratusan juta. Itu angkanya bisa ratusan milyar bahkan triliunan rupiah. Kumpulan uang receh ini jika ditumpuk bisa membentuk gunung yang bikin koruptor manapun ngiler!

Serius!

Jadi daripada hanya memperkaya operator telekomunikasi yang mayoritas pemegang sahamnya juga tidak memperkaya Indonesia, lebih baik kita berbagi untuk yang lebih membutuhkan. Yang selalu bingung mau sahur pake apa dan buka makan apa. Insya Allah akan lebih berkah.

Kita harus mengikhlaskan sebentar kemungkinan 'perasaan' yang sunyi ketika sms tak berdering di hp kita saat lebaran. Sekaligus juga menolong operator GSM maupun CDMA dari kemungkinan overload sms saat lebaran.

Dengan ajakan ini, saya pasti akan dimusuhi oleh operator telekomunikasi (jika mereka 'menganggap' ajakan ini berbahaya). Dan teman-teman akan menuduh saya sombong seolah tak mau menyambung silaturrahmi. Atau malah menuduh bokek tak punya pulsa. Atau sok peduli. Atau sok sedekah. Whatever.

Tapi biarlah, saya merasa ajakan ini benar. Dan sangat inline dengan spirit Ramadhan yang dalam pemahaman saya berarti menahan diri dari godaan untuk melakukan hal-hal yang remeh temeh untuk bergerak mengerjakan hal-hal yang lebih penting bagi hidup kita yang sementara ini.

Tolong jangan kirim sms ke saya saat lebaran dan kurangi sms basa-basi ketika Idul Fitri tiba. Bersedekahlah. Kita bikin negeri ini sedikit lebih baik dengan langkah kecil ini.

Salam, Arief
www.mybothsides.com

9/04/2008

True story: Jangan pernah berhenti untuk berbuat baik

Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisabeberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar.

Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air.

Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu. Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya,'berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini ?'
Wanita itu menjawab: 'Kamu tidak perlu membayar apapun'. 'Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan 'kata wanita itu menambahkan. Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata :' Dari dalam hatiku aku berterima kasih pada anda.'

Sekian belas tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Paradokter dikota itu sudah tidak sanggup menanganinya.

Mereka akhirnya mengirimnya ke kotabesar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut. Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokter Kelly. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit, menuju kamar si wanita tersebut.

Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si wanita itu. Ia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu.

Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan.. . Wanita itu sembuh !!. Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan.

Dr. Kelly melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien. Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa ia tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus dicicil seumur hidupnya.

Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatuannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi.. 'Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu..' tertanda, DR Howard Kelly. Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa: 'Tuhan, terima kasih, bahwa cintamu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia.'

Sekarang terserah anda,anda dapat mengirimkan pesan cinta ini kepada orang lain, atau abaikannya dan berpura-pura bahwa kisah ini tidak menyentuh hati Anda.--

9/03/2008

Puasa hari pertama di Boston (diceritakan oleh Ulil Abshar Abdalla)

PUASA di Boston tahun ini membawa sebuah kejutan yang tak pernah saya duga dan sekaligus sangat mengharukan.

Beberapa hari sebelum puasa mulai pada Senin lalu 1/9, saya mengirim undangan buka puasa hari pertama untuk merayakan dimulainya bulan Ramadan. Undangan itu saya kirim ke teman-teman dekat saya yang tinggal di apartemen yang sama.


Saya adalah satu-satunya keluarga Indonesia, dan sekaligus satu-satunya keluarga Muslim di apartemen itu. Selebihnya adalah keluarga Kristen dengan pelbagai denominasinya. Sebagian besar yang tinggal di sana adalah keluarga Amerika, tetapi ada juga satu keluarga Korea dan seorang profesor bujangan asal Zimbabwe.

Suasana kekeluargaan di gedung apartemen saya itu sangat kuat sekali. Secara informal, saya kerap "ngobrol" dengan mereka mengenai isu-isu agama. Karena tahu saya seorang Muslim, mereka tertarik belajar pelbagai aspek tentang ajaran Islam dari saya.


Kurt Walker, seorang Amerika kulit putih yang tinggal persis di sampingapartemen saya, tertarik untuk belajar banyak hal mengenai Islam. Dia adalah mahasiswa teologi dan calon pendeta. Beberapa waktu lalu, dia diminta untuk memberikan ceramah dalam sebuah pertemuan tahunan para pendeta di Vermont. Dia diminta untuk berbicara mengenai konsep keadilan dalam Kristen dan Islam. Selama mempersiapkan ceramah itu, dia banyak sekali diskusi dan "ngobrol" dengan saya.

Minat Kurt yang besar pada Islam bermula dari obrolan santai dengan saya. Semester musim semi tahun ini dia mengambil sebuah mata kuliah tentang Islam yang diampu oleh Dr. Fareed Essack, seorang sarjana Muslim yang cukup terkenal dari Afrika Selatan.

Minat Kurt terhadap Islam bukan dilandasi oleh "motif apologetis", yakni mempelajari agama lain untuk mencari kelemahan-kelemahan di sana dan pada gilirannya melakukan "serangan mematikan" atas agama itu seperti selama ini dilakukan oleh kaum apologetis baik di pihak Kristen atau Islam. Dia seorang Kristen yang sangat saleh, tetapi dia dengan sungguh-sungguh ingin belajar mengenai tradisi agama lain dengan simpati yang jujur.

Pada Kurt, saya menemukan teman dialog yang sangat menyenangkan. Saya belajar banyak hal tentang Kristen, terutama mengenai tradisi kaum Kristen puritan di kawasan negara bagian Massachusetts. Saat ngobrol dengan Kurt, kadang-kadang teman-teman lain yang tinggal di gedung sama bergabung.

Saya kirimkan undangan buka puasa hari pertama itu kepada empat teman satu apartemen yang saya anggap paling dekat dengan saya.
Ienas Tsuroiya, isteri saya, dengan penuh semangat menyiapkan masakan untuk buka hari itu. Dia menyiapkan nasi uduk, ayam goreng, kerupuk bawang, sambal terasi, puding, dan sandwich. Makanan yang terakhir ini terpaksi disiapkan oleh isteri saya sebagai semacam "exit plan" kalau-kalau teman-teman bule itu tak menyukai nasi uduk. HARI pertama bulan puasa kali ini mengejutkan karena beberapa jam menjelang "bedug buka" (tentu di Boston tak ada bedug; tetapi bedug selalu hadir secara "mental" dalam benak saya), Kurt memberi tahu saya bahwa dia ikut puasa hari itu. Ha?!

Saya sungguh terperanjat, sebab saya tak pernah berharap dia bertindak hingga "sejauh" itu. Dia bilang, dia ingin menunjukkan solidaritas pada saya sebagai satu-satunya orang Muslim di gedung apartemen itu. Dia juga ingin merasakan bagaimana "penderitaan" seorang yang sedang berpuasa. "I want to know how it feels like to be a Muslim," kata dia.
Ada anekdot kecil yang diceritakan oleh Kurt selama dia puasa pada hari itu. Dia mengatakan dengan terus terang kepada keluarganya bahwa hari ,
itu dia ingin menghormati seorang tetangganya yang Muslim (yakni keluarga saya) dan ikut puasa. Dia juga memberi tahu kedua anak kembarnya yang masih berumur 6 tahun tentang apa itu puasa dan apa maknanya bagi seorang Muslim.

Yang lucu, beberapa kali kedua anaknya itu menggoda dia dengan memamerkan makanan-makanan kesukaannya selama dia berpuasa hari itu. Saya tertawa mendengar anekdot itu. Tahun ini, bulan puasa jatuh di ujung musim panas, sehingga waktu siang lebih panjang ketimbang malam. Waktu Imsak masuk pukul 4:37 am dan Subuh 4:47 am. Sementara itu matahari terbenam pada pukul 7:22 pm. Dengan demikian, total waktu puasa selama satu hari hampir 16 jam, jauh lebih panjang dari waktu puasa di Indonesia.


Dua tahun mendatang, sudah pasti bulan puasa akan jatuh persis di tengah-tengah musim panas, sekitar bulan Juni-Juli. Sebagaimana kita tahu, waktu siang pada musim panas jauh lebih panjang. Pada puncak
musim panas, waktu Subuh masuk kira-kira pukul 3:30 am, dan Maghrib nyaris mendekati pukul 8:30 pm. Bisa dibayangkan betapa beratnya melaksanakan ibadah puasa pada musim panas di negeri-negeri empat musim seperti Amerika.

Teman-teman Amerika terheran-heran bagaimana kami bisa menahan makan dan minum sepanjang itu. Saya bilang pada mereka, dengan latihan sejak kecil, puasa menjadi sama sekali tak berat. Setelah menjajal sendiri puasa selama satu hari, Kurt, teman saya itu, menjadi tahu betapa ritual puasa tak mudah dilaksanakan oleh umat Islam, apalagi di tengah-tengah masyarakat yang sebagian besar bukan Muslim seperti Amerika.

KEKHAWATIRAN isteri saya bahwa jangan-jangan orang bule tak menyukai nasi uduk meleset sama sekali. Seluruh masakan yang dihidangkan oleh Ienas, isteri saya, ludes sama sekali. Saat menyantap nasi uduk, anak perempuan Kurt berkata, "Dad, the rice is yummy, I like it." Tentu isteri saya senang bukan main karena masakannya mendapatkan sambutan positif dari lidah orang bule. Malam itu, isteri saya menyediakan piring yang khas dan sudah tentu jarang dilihat oleh orang Amerika. Yaitu piring rotan dengan alas daun pisang yang dipotong begitu rupa sehingga berbentuk bundar. Sekedar catatan: daun pisang tidak mudah didapat di kota Boston. Di kampong dulu, ibu saya tinggal mengambilnya dari kebun di belakang rumah. Tetapi di Boston, daun pisang adalah benda berharga.


Makan nasi uduk, ayam bakar, sambal terasi dan kerupuk dengan piring rotan beralaskan daun pisang -- tentu ini pengalaman eksotik bagi orang "bule". Malam itu kami menyantap makanan sambil duduk melingkar di sekitar api unggun kecil yang disiapkan oleh isteri Kurt. Karena hari cerah, saya sengaja mengadakan buka puasa di ruang terbuka di hamalam rumput yang ada di depan apartemen.

Seraya menyantap makanan kami berdiskusi tentang apa saja, termasuk tentang "filosofi puasa" sebagaimana dipahami oleh umat Islam. Sekitar pukul 10 malam, kami bubaran dan masuk ke apartemen masing-masing.


Saya menonton pertandingan tennis Piala US Open sebentar, lalu membaca "The Prophet and the Messiah: An Arab Christian's Perpsective on Islam and Christianity" karangan Chawkat Moucarry. Tak berapa lama, saya jatuh tertidur karena kelelahan.

Saya bangun kembali beberapa jam menjelang waktu sahur untuk
melaksanakan salat tarawih. Saya memang orang NU, tetapi selama ini saya selalu salat tarawih versi Muhammadiyah, yaitu sebelas raka'at, bukan dua puluh tiga.

Hari itu sangat mengesankan buat saya, terutama karena simpati teman saya yang beragama Kristen itu. Pelajaran yang saya petik dari sana: membangun jalan dialog dengan agama lain sangat mungkin asal kita mau membuka diri dan tidak mengembangkan mentalitas "serba curiga" pada agama lain.

Ulil Abshar Abdalla

9/02/2008

Kisah Cinta dari Cina

"Satu kisah cinta baru-baru ini keluar dari China dan langsung menyentuh seisi dunia. Kisah ini adalah kisah seorang laki-laki dan seorang wanita yang lebih tua, yang melarikan diri untuk hidup bersama dan saling mengasihi dalam kedamaian selama setengah abad.



Laki-laki China berusia 70 tahun yang telah memahat 6000 anak tangga dengan tangannya
(hand carved) untuk isterinya yang berusia 80 tahun itu meninggal dunia di dalam goa yang
selama 50 tahun terakhir menjadi tempat tinggalnya.
50 tahun yang lalu, Liu Guojiang, pemuda 19 tahun, jatuh cinta pada seorang janda 29 tahun bernama
Xu Chaoqin ....
Seperti pada kisah Romeo dan Juliet karangan Shakespeare, teman-teman dan kerabat mereka mencela hubungan mereka karena perbedaan usia di antara mereka dan kenyataan bahwa Xu sudah punya beberapa anak....
Pada waktu itu tidak bisa diterima dan dianggap tidak bermoral bila seorang pemuda mencintai wanita yang lebih tua.....Untuk menghindari gossip murahaan dan celaan dari lingkungannya, pasangan ini memutuskan untuk melarikan diri dan tinggal di sebuah goa di Desa Jiangjin, di sebelah selatan Chong Qing.
Pada mulanya kehidupan mereka sangat menyedihkan karena tidak punya apa-apa, tidak ada listrik atau pun makanan. Mereka harus makan rumput-rumputan dan akar-akaran yang mereka temukan di gunung itu. Dan Liu membuat sebuah lampu minyak tanah untuk menerangi hidup mereka.
Xu selalu merasa bahwa ia telah mengikat Liu dan is berulang-kali bertanya,"Apakah kau menyesal?" Liu selalu menjawab, "Selama kita rajin, kehidupan ini akan menjadi lebih baik".
Setelah 2 tahun mereka tinggal di gunung itu, Liu mulai memahat anak-anak tangga agar isterimya dapat turun gunung dengan mudah. Dan ini berlangsung terus selama 50 tahun.
Setengah abad kemudian, di tahun 2001, sekelompok pengembara (adventurers) melakukan explorasi ke hutan itu. Mereka terheran-heran menemukan pasangan usia lanjut itu dan juga 6000 anak tangga yang telah dibuat Liu.
Liu Ming Sheng, satu dari 7 orang anak mereka mengatakan, "Orang tuaku sangat saling mengasihi, mereka hidup menyendiri selama lebih dari 50 tahun dan tak pernah berpisah sehari pun. Selama itu ayah telah memahat 6000 anak tangga itu untuk menyukakan hati ibuku, walau pun ia tidak terlalu sering turun gunung.

Pasangan ini hidup dalam damai selama lebih dari 50 tahun. Suatu hari Liu yang sudah berusia 72 tahun pingsan ketika pulang dari ladangnya. Xu duduk dan berdoa bersama suaminya sampai Liu akhirnya meninggal dalam pelukannya. Karena sangat mencintai isterinya, genggaman Liu sangat sukar dilepaskan dari tangan Xu, isterinya."Kau telah berjanji akan memeliharakanku dan akan terus bersamaku sampai akan meninggal, sekarang kau telah mendahuluikun, bagaimana akan dapat hidup tanpamu?"
Selama beberapa hari Xu terus-menerus mengulangi kalimat ini sambil meraba peti jenasah suaminya dan dengan air mata yang membasahi pipinya.
Pada tahun 2006 kisah ini menjadi salah satu dari 10 kisah cinta yang terkenal di China, yang dikumpulkan oleh majalah Chinese Women Weekly.
Pemerintah telah memutuskan untuk melestarikan "anak tangga cinta" itu, dan tempat kediaman mereka telah dijadikan musium agar kisah cinta ini dapat hidup terus".

Menjadi Suami Pengertian

Publikasi: 04/04/2005 08:42 WIB

eramuslim - Dalam hidup berkeluarga, peluang terjadinya konflik sangat banyak. Dari persoalan-persoalan yang kecil hingga persoalan yang besar bisa menjadi pemicu konflik dalam rumah tangga. Pensikapan masing-masing, antara suami dan istri sangat menentukan kualitas hubungan suami dan istri selanjutnya. Sebut saja misalnya ketika seorang istri teledor saat menggoreng tempe. Gorengan tempenya hangus, sebab ia tidak bisa berkonsentrasi pada gorengannya. Telepon berdering keras, anak yang digendong menangis karena ngompol. Ribet, bingung dan stres! Sementara sang suami hanya tidur-tiduran sambil menunggu gorengan tempe tersedia. Kira-kira apa yang akan dilakukan oleh si suami ketika mengetahui tempe yang dinanti-nantikannya hangus dan tidak bisa dimakan?

Menyikapi kasus tempe hangus seperti itu, setiap suami mungkin akan berlainan sikapnya.

Seorang suami mungkin akan mengatakan, "Kamu gimana sih, masa goreng tempe saja nggak bisa...?! Emang dulu nggak pernah diajarin ibu kamu masak?"

Pedas, ketus dan menusuk! Suami itu marah-marah dan tidak mau tahu apa yang dialami istri. Ia hanya mau tempe kesayangannya tidak hangus dan bisa segera ia makan. Ia tidak mau tahu betapa susah istrinya menggoreng tempe dengan seabrek kesibukan yang harus ia tangani. Kesibukan istri yang 'super heboh' tidak membuatnya ber-empati pada istri tercintanya.

Sebagian suami lain akan bersikap berbeda. Saat mengetahui tempe yang digoreng istrinya hangus, ia mengatakan, "Cara menggoreng tempe itu begini lho... begitu saja tidak bisa." Mulutnya ngedumel sembari mengajari istrinya menggoreng tempe. Sementara istrinya dibiarkan merasa bersalah dengan merasa 'bego' seolah sama sekali tidak bisa menggoreng tempe.

Tentu saja dua model pensikapan suami tersebut menimbulkan dampak yang berbeda pada sikap istri. Sebagian besar istri akan membenci suami-suaminya bila suami berbuat demikian. Mereka akan mengatakan suami mereka adalah suami yang galak, sok tahu, dan hanya mau menang sendiri.

Lain halnya bila seorang suami memiliki sikap yang manis. Meski tempe yang digoreng hangus, ia bisa mendatangi istri dengan lembut seraya berkata, "Kamu sedang letih ya, Mah. Ada yang bisa saya bantu untuk meringankan beban kamu?" Dengan kata-kata menyentuh seperti itu, seorang istri bisa saja langsung menangis saking terharunya. Hatinya yang panas membara seolah diguyur air es yang dingin dari kutub selatan. Byuurrr! Ia merasa suaminya bagaikan sosok lelaki yang penuh pengertian dan penuh perhatian. Bukan kecaman yang ia terima, bukan makian yang ia dapatkan. Namun ia justru mendapatkan perhatian yang luar biasa dari suami tercinta. Hilanglah kepenatan pekerjaan. Hilanglah kegalauan hati dan pikiran. Semuanya sirna hanya karena kata-kata. Tempe yang hangus sudah dilupakan. "Masa bodo dengan tempe hangus." katanya dalam hati.

Inilah yang dibutuhkan dalam menyikapi konflik. Rasa empati dan perhatian yang proporsional merupakan air segar di kala dahaga konflik mulai menggarang. Jadilah suami pengertian agar istri merasa tenang di kala membutuhkan. Sehingga bahtera rumah tangga akan semakin aman berlayar mengarungi dahsyatnya hidup yang penuh ombak dan gelombang.

***
Burhan Sodiq, S.S
Penulis adalah reporter MQ 100,9 FM Solo