4/29/2009

Tutorial Apache PHP MySql

Instalasi Apache PHP MySql Server untuk Windows dengan XAMPP

  1. Download Xampp Installer (30MB)
  2. Setelah selesai anda akan mendapatkan file Executable : xampp-win32-1.6.0a-installer.exe
  3. Klik dobel file ini untuk menjalankan instalasi
  4. Akan muncul permintaan pemilihan bahasa –> pilih: English (kecuali anda biasa dng Japan atau deutch)
  5. Klik OK, akan muncul window “welcome to the xamPp 1.06a Setup Wizard”, klik Next
  6. Muncul window “Choose Install Location” –>, pilih direktori tujuan, Defaultnya adalah : C:\Program Files
  7. Klik Nex, muncul window “XAMPP OPTION”, pada SERVICE SECTION:
    Jika windows anda NT, 2000,XP, centang Apache, MySQL, dan Filezilla sebagai Service
  8. Klik Install
  9. Muncul Windows “Installing”,…. tunggu sampai selesai
  10. Klik finish
  11. Muncul window “congrratulations! the Installation was succesfull. Start xampp control Panel?’
  12. Klik Yes untuk men-start XAMPP Control Panel
  13. Perhatikan Windows Control Panel:
  14. Ada tombol start dan Stop untuk Apache, MySql, FileZilla dan Mercury.
  15. Pastikan Apache dan MySQL sudah Running
  16. Selesai Instalasi

Pengecekan Instalasi.

  1. Hasil file Instalasi anda terdapat pada folder yang anda pilih
    Contoh: pada saat instalasi anda memilih folder C:\Program Files, maka hal-hal yang perlu anda ketahui adalah:
    Xampp Control Panel berada di c:\Program Files\Xampp\xampp-control.exe
    Root directory anda berada di c:\Program Files\xampp\htdocs
  2. Pengecekan Server (1) :
    1. Buka Browser anda (mis. IE atau FireFox)
    2. Ketikkan : http://localhost
    3. Bila Server sudah Running maka akan muncul halaman: XAMPP for windows
  3. Pengecekan Server (2):
    Buat di Notepad :

    print “Hello World”;
    phpinfo();
    ?>
    Simpan ke c:\Program Files\xampp\htdocs\HelloWorld.php

    pada browser ketikkan : http://localhost/HelloWorld.php
    Apabila instalasi berhasil, maka pada Browser akan muncul tulisan Hello World dan PHPINFO

  4. Untuk mengubah konfigurasi Server, lokasi PHP.INI terdapat di c:\Program Files\XAMPP\APACHE\BIN\PHP.INI
  5. Semoga bermanfaat

Instalasi Apache PHP MySql Server untuk Linux dengan XAMPP

1. Download Xampp for Linux, berbentuk TAR, simpan misal di /home/Download, DOWNLOAD XAMPP (51MB)

2. Misal akan diinstal di /opt/lampp, maka pada direktori /home/Download ketikkan:

tar -xvfz nama_file_download.tar.gz -C /opt

3. Setelah selesai, masuklah ke : /opt/lampp

4. Ketikkan : ./lampp start, maka Server Apache, PHP dan MySQL anda sudah siap

5. Selesai sudah instalasi.

6. Untuk opsi lain, silakan ketikkan : ./lampp, maka akan muncul option-option diantaranya:

./xampp stop untuk menghentikan semua service

./xampp php5 untuk mengubah ke PHP5

./xampp php4 untuk mengubah ke PHP4

./xampp phpstatus untuk mengetahui PHP yang running PHP4 atau PHP5

./xampp stopmysql untuk menghentikan server MySql saja

./xampp startmysql untuk menstart server MySql

7. Dimana Web Root saya?, root Directory anda berada di : /opt/lampp/htdocs

8. Lakukan pengecekan Server anda seperti di atas (instalasi Windows)

Anda masih belum jelas atau ada pertanyaan, silakan tulis pertanyaan anda di Komentar

Mudah-mudahan bermanfaat.

4/28/2009

Doa untuk Anakku...

Anakku,
Semoga kecintaanku padanya, tak melebihi kecintaanku pada-Mu, ya Allah.
Dengan kecintaan itu pula aku bermohon kepada-Mu ya Allah,
agar Engkau pakaikanlah pada jiwa anakku jubah-jubah
dan pakaian-pakaian dari cahayaMu.
Jadikanlah harta terpendamku adalah keindahanMu yang
memantul dalam rahasia cermin hatinya. Ajarkanlah
kepadanya kebijakan bathin.
Jadikanlah pandangannya semata-mata melihat pada wajah
ilahiyahMu yang berseri-seri.
Berikan kepadanya pengetahuan tentang kebenaran yang tak
tertulis dan tak bersuara, dan jadikanlah lidah bathinnya
terus menerus menyebut namaMu. Letakkanlah dalam
hatinya sebuah rahasia dari rahasiaMu,
yang tak ada yang mengetahuinya melainkan Engkau.
Jadikanlah tempat bersembunyi baginya di bawah kubahMu.
Anugerahkan kepadanya hidung yang mampu mencium wangi kecantikanMu dan mengikutinya. jadikanlah dia penerima pantulan seribu sifatMu.
Genggamlah hati dan jiwanya dalam tanganMu.
Jadikanlah benih di dalam jiwanya ('alam al-anfus) yang di-air-i oleh kebijakanMu.
Jadikanlah kebijakanMu memancar dari hatinya ke lidahnya,
dengan bahasa ruh suci sehingga membuka esensi spiritual yang tersembunyi,
makna bathin melalui refleksi ilham, membuka rahasia alam bathin,
dengan perisai keikhlasan dan kesucian hati.
Masukan dia ke perlindungan dan ke-kariban-anMu,
dan berikanlah padanya rahmat dan hidayah yang belum
pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga,
dan belum pernah terbersit di dalam hati.
Tempatkan dia di tempat yang tidak memiliki akhir dan tak memiliki awal bersamaMu. Walaupun dengan tertatih dan terseok dalam meniti jalan menujuMu.
Agar dia dapat berharap menjadi debu di bawah kakiMu.

Doa untuk anakku (Emha Ainun Najib)

Tuhanku,...

Sebelum anakku sadar akan dirinya

Jadikan antara ia dan musuh-musuhnya dinding yang Kau Jaga

Tetapi sesudahnya, jangan segan kau turunkan ujian

Agar ia gagah dalam melayani kehidupan

Tuhanku

Kokohkan kedua kakinya, yang berdiri di antaranya

Kemerdekaan dan belenggunya

Janganlah Kau manjakan ia,

Janganlah Kau istimewakan kemurahan baginya

Agar ia cepat mengenali dirinya

Dan mengerti bahasa tetangganya.

Hukumlah ia jika meminta kemenangan

Sebab, itu berarti mendoakan kekalahan bagi sesamanya

Tuhanku,

Cambuklah punggungnya, agar tahu bahwa ia butuh kawannya

Untuk melihat punggung yang tampak olehnya

Tuhanku

Semoga atas nama-Mu, ia mampu bergaul dengan-Mu

Amin

Permasalahan Rumah Tangga, Sebuah Kemestian

Penulis: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah
Majalah , Vol. II/No. 15/1426 H/2005, Rubrik Mengayuh Biduk, Hal. 60-65.


Beragam persoalan, dari yang ringan hingga yang sifatnya berat, akan selalu mendera setiap rumah tangga. Keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, manusia termulia di muka bumi, juga tak luput dari terpaan ‘badai’ yang menggoncang rumah tangganya. Di sini, jelas dibutuhkan ilmu dalam memecahkan setiap persoalan agar tidak berkembang menjadi prahara yang mengancam keutuhan rumah tangga.

Sedikit sekali rumah tangga yang selamat dari lilitan perselisihan di antara anggotanya, khususnya di antara suami istri. Karena yang namanya berumah tangga, membangun hidup berkeluarga, dalam perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan, kecil ataupun besar, sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang muncul ini dapat memicu perselisihan dalam rumah tangga yang bisa jadi berujung dengan pertengkaran, kemarahan dan keributan yang tiada bertepi, atau berakhir dengan damai, saling mengerti dan saling memaafkan.

Sampai pun rumah tangga orang-orang yang memiliki keutamaan dalam agama ini, juga tidak lepas dari masalah, perselisihan, pertengkaran, dan kemarahan. Namun berbeda dengan orang-orang yang tidak mengerti agama, orang yang memiliki keutamaan dalam agama tidak membiarkan setan menyetir hingga menjerumuskannya kepada apa yang disenangi oleh setan. Bahkan mereka berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari makar setan, berusaha memperbaiki perkara mereka, menyatukan kembali kebersamaan mereka dan menyelesaikan perselisihan di antara mereka.

Rumah tangga yang mulia lagi penuh barakah, yang dibangun oleh seorang hamba termulia, kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala, Muhammad bin Abdillah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, juga tak lepas dari kerikil-kerikil yang menyandung perjalanannya, sampai beliau pernah bersumpah untuk tidak mendatangi istri-istri beliau selama sebulan karena marah kepada mereka. Berikut ini petikan kisahnya:

Abdullah bin ‘Abbas Radhiallahu ‘anhuma bertutur: “Aku sangat ingin bertanya kepada ‘Umar ibnul Khaththab tentang siapa yang dimaksud dua wanita dari kalangan istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang Allah Subhanahu wa Ta’ala nyatakan dalam firman-Nya:

“Jika kalian berdua bertaubat kepada Allah, maka sungguh hati kalian berdua telah condong untuk menerima kebenaran. Dan jika kalian berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan begitu pula Jibril dan orang-orang mukmin yang baik. Dan selain dari itu, malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.” (At-Tahrim: 4)

Namun aku tidak sanggup melontarkan pertanyaan karena segan terhadapnya hingga akhirnya ‘Umar berhaji dan aku pun berhaji bersamanya. Dalam perjalanan, ‘Umar berbelok menuju suatu tempat untuk buang hajat. Aku pun mengikutinya dengan membawakan bejana kecil dari kulit yang berisi air. Seusai buang hajat, aku menuangkan air di atas dua telapak tangannya, lalu ia pun berwudhu. Kemudian aku berjalan bersamanya dan kesempatan itu kugunakan untuk bertanya: “Wahai Amirul Mukminin, siapakah dua wanita dari istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang Allah Subhanahu wa Ta’ala nyatakan dalam firman-Nya:
“Jika kalian berdua bertaubat kepada Allah, maka sungguh hati kalian berdua telah condong untuk menerima kebenaran.” (At-Tahrim: 4)

“Alangkah anehnya engkau ini, wahai Ibnu ‘Abbas!1 Keduanya adalah ‘Aisyah dan Hafshah,” jawab ‘Umar.
Ibnu ‘Abbas berkata: “Demi Allah, sejak setahun lalu aku ingin bertanya kepadamu tentang hal ini namun aku tidak sanggup menanyakannya karena segan terhadapmu.”

“Jangan berbuat demikian. Apa yang engkau yakini aku memiliki ilmu tentangnya maka tanyakanlah. Bila memang aku mengetahuinya, aku akan beritakan kepadamu,” kata ‘Umar.

‘Umar pun menceritakan kejadian yang menjadi sebab turunnya ayat tersebut. “Aku dan tetanggaku dari kalangan Anshar berada di tempat Bani Umayyah bin Zaid, mereka termasuk penduduk daerah yang dekat dengan kota Madinah. Kami bergantian menghadiri majelis Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, sehari giliranku, hari berikut gilirannya. Bila tiba giliranku, akupun mendatangi tetanggaku tersebut untuk menceritakan berita yang kudapat pada hari itu berupa wahyu atau yang lainnya. Bila tiba gilirannya, ia pun melakukan hal yang sama. Dan kami orang-orang Quraisy menguasai istri-istri kami dan dahulu kami tidak pernah menyertakan mereka dalam urusan kami. Ketika kami datang (ke Madinah) dan tinggal di kalangan orang-orang Anshar, kami dapatkan mereka itu dikalahkan istri-istri mereka. Maka mulailah istri-istri kami mengambil adab wanita-wanita Anshar. Suatu hari aku menghardik istriku dan bersuara keras padanya, ia pun menjawab dan mendebatku. Ia juga ikut-ikutan dalam urusanku dengan mengatakan: “Seandainya engkau melakukan ini dan itu.” Maka aku mengingkari perbuatannya yang demikian.

1 ‘Umar heran dengan Ibnu ‘Abbas, kenapa hal yang ditanyakannya itu belum diketahuinya, padahal ia begitu terkenal dengan pengetahuannya dalam tafsir dan terdepan dalam ilmu dibanding yang lainnya. Atau ‘Umar heran dengan semangat Ibnu ‘Abbas untuk mengetahui cabang-cabang ilmu tafsir sampaipun pengetahuan tentang mubham (Fathul Bari, 9/338). Pengertian mubham sendiri adalah orang yang tidak disebutkan namanya. orang Anshar, kami dapatkan mereka itu dikalahkan istri-istri mereka. Maka mulailah istri-istri kami mengambil adab wanita-wanita Anshar. Suatu hari aku menghardik istriku dan bersuara keras padanya, ia pun menjawab dan mendebatku. Ia juga ikut-ikutan dalam urusanku dengan mengatakan: “Seandainya engkau melakukan ini dan itu.” Maka aku mengingkari perbuatannya yang demikian.

“Mengapa engkau mengingkari apa yang kulakukan, sementara demi Allah, istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sendiri mendebat beliau, sampai-sampai salah seorang dari mereka memboikot beliau dari siang sampai malam,” kata istriku.

Berita itu mengejutkan aku, “Sungguh merugi orang yang melakukan hal itu dari kalangan mereka,” kataku kepada istriku. Lalu kukenakan pakaian lengkapku dan turun menemui Hafshah, putriku.

“Wahai Hafshah, apakah benar salah seorang kalian ada yang marah kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dari siang sampai malam?” tanyaku.

“Iya,” jawab Hafshah.

“Sungguh merugi yang melakukan hal itu,” tanggapku, “Apakah kalian merasa aman dari kemurkaan Allah karena kemarahan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, hingga engkau pun binasa? Jangan engkau banyak menuntut kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, jangan engkau mendebat beliau dalam sesuatu pun dan jangan memboikotnya. Minta saja kepadaku apa yang ingin kamu minta dan jangan menipumu dengan keberadaan madumu yang lebih cantik darimu dan lebih dicintai oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.” Yang dimaksud adalah ‘Aisyah.

‘Umar melanjutkan ceritanya: “Telah menjadi perbincangan di antara kami bahwa Ghassan memakaikan ladam pada kuda-kudanya sebagai persiapan untuk memerangi kami. Suatu ketika turunlah temanku Al-Anshari itu pada hari gilirannya menuju ke majelis Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Di waktu Isya ia kembali kepada kami lalu mengetuk pintuku dengan keras seraya berkata: “Apakah ‘Umar ada di dalam?” Aku terhentak dan bergegas keluar menemuinya.

“Hari ini sungguh telah terjadi perkara yang besar,” katanya.

“Apa itu? Apakah Ghassan telah datang?” tanyaku.

“Bukan, bahkan lebih besar dan lebih menghebohkan daripada itu. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah menceraikan istri-istrinya,” katanya.

“Betapa meruginya diri Hafshah, sungguh sebelumnya aku telah menduga hal ini akan terjadi,” kataku.

Aku pun mengenakan pakaian lengkapku. Pagi harinya aku menunaikan shalat subuh bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Setelahnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam masuk ke masyrubah2 beliau dan menyendiri di dalamnya. Aku masuk ke rumah Hafshah, ternyata ia sedang menangis, “Apa yang membuatmu menangis?” tanyaku. “Bukankah aku telah memperingatkanmu akan hal ini, apakah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah menceraikan kalian?”

“Aku tidak tahu, di sana, di masyrubah beliau memisahkan diri dari kami,” jawab Hafshah.

Aku keluar dari rumah Hafshah dan mendatangi mimbar masjid, ternyata di sana ada sekumpulan orang, sebagian mereka sedang menangis. Sejenak aku duduk bersama mereka, kemudian perasaan hatiku menguasaiku hingga aku bangkit dari tempat tersebut menuju masyrubah yang di dalamnya ada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Aku berkata kepada Rabah budak hitam milik Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Minta izinkan ‘Umar untuk masuk menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.” Maka masuklah Rabah lalu berbicara kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, kemudian ia kembali menemuiku seraya berkata: “Aku telah berbicara kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan menyebutkan permintaanmu namun beliau hanya diam.”

Aku pun berlalu dari tempat tersebut hingga akhirnya aku duduk bersama sekumpulan orang yang ada di sisi mimbar, namun kemudian perasaan hatiku menguasaiku hingga aku kembali menuju ke masyrubah tersebut dan kukatakan kepada Rabah, “Mintakan izin bagi ‘Umar untuk masuk.”
Rabah pun masuk lalu kembali menemuiku seraya berkata: “Aku telah menyampaikan permintaanmu namun beliau tetap diam.”
Aku kembali lagi duduk bersama sekumpulan orang di sisi mimbar, namun sekali lagi perasaan hatiku mengalahkanku, hingga aku mendatangi Rabah dan berkata: “Mintakan izin bagi ‘Umar untuk masuk.”

Rabah pun masuk ke dalam masyrubah, kemudian keluar lagi seraya berkata: “Aku telah sebutkan permintaanmu namun beliau diam saja.”

Maka ketika aku berbalik untuk berlalu dari tempat itu, budak tersebut memanggilku, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah mengizinkanmu,” katanya.

Aku masuk menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, ternyata aku dapati beliau tengah berbaring di atas tikar tipis tanpa dialasi kasur sehingga tampak bekas-bekas kerikil di rusuk beliau, dalam keadaan beliau bertelekan di atas bantal dari kulit yang telah disamak, yang diisi dengan sabut. Aku ucapkan salam kepada beliau, kemudian aku berkata dalam keadaan tetap berdiri; “Wahai Rasulullah, apakah engkau telah menceraikan istri-istrimu?”
Beliau mengangkat pandangannya ke arahku, “Tidak,” jawab beliau
“Allahu Akbar,” seruku.

Kemudian aku berkata untuk menyenangkan hati beliau dalam keadaan aku tetap berdiri, “Wahai Rasulullah, kita dulunya orang-orang Quraisy mengalahkan dan menguasai istri-istri kita. Ketika kita datang ke Madinah ternyata orang-orangnya dikalahkan oleh istri-istri mereka.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tersenyum mendengar penuturanku.

“Wahai Rasulullah, seandainya engkau melihatku masuk menemui Hafshah, kukatakan kepadanya: “Jangan menipumu dengan keberadaan madumu yang lebih cantik darimu dan lebih dicintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam -yakni ‘Aisyah,” lanjutku. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tersenyum lagi. Maka ketika melihat beliau telah tersenyum, aku pun duduk. Aku memandang isi masyrubah beliau, maka demi Allah tidak ada sesuatu pun di tempat itu kecuali tiga kulit yang belum disamak.

“Wahai Rasulullah, mohon berdoalah engkau kepada Allah agar memberikan keluasan dan kelapangan bagi umatmu, karena Persia dan Romawi telah dilapangkan dunia mereka dan mereka diberi kenikmatan dunia padahal mereka tidak beribadah kepada Allah,” kataku.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam duduk setelah sebelumnya beliau bertelekan di atas bantal seraya berkata: “Apakah engkau ragu, wahai Ibnul Khaththab, bahwa kelapangan di akhirat lebih baik daripada kelapangan di dunia? Mereka itu adalah orang-orang yang disegerakan kebaikan/ kesenangan mereka dalam kehidupan dunia ini.”

“Wahai Rasulullah, mintakanlah ampun untukku,” kataku.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam memisahkan diri dari istri-istri beliau selama 29 malam dikarenakan rahasia beliau yang disebarkan oleh Hafshah kepada ‘Aisyah3, beliau menyatakan: “Aku tidak akan masuk menemui mereka selama sebulan.” Beliau sangat marah terhadap mereka karena merekalah yang menyebabkan Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela beliau.

3 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari istrinya suatu peristiwa. Maka ketika istrinya itu mengabarkan rahasia tersebut (kepada istri yang lain)….” (At-Tahrim: 3)
Mayoritas ahli tafsir berkata bahwa istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang dimaksud dalam ayat adalah Hafshah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah menyampaikan satu rahasia kepadanya dan memintanya agar tidak memberitahukan kepada seorang pun. Ternyata Hafshah menceritakan rahasia tersebut kepada Aisyah Radhiallahu ‘anha. (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 873)

4 Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela Khalil-Nya yang mulia Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ketika beliau mengharamkan dirinya untuk menyentuh budak wanitanya bernama Mariyah atau ketika beliau mengharamkan dirinya minum madu, karena memperhatikan perasaan sebagian istrinya, sebagaimana kisahnya ma’ruf (dalam kitab-kitab tafsir dan selainnya, pen). Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat-Nya:


“Wahai Nabi, mengapa engkau mengharamkan apa yang Allah halalkan bagiku karena engkau ingin mencari keridhaan istri-istrimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sungguh Allah telah mewajibkan kalian untuk membebaskan diri dari sumpah kalian….” (At-Tahrim: 1)

‘Umar berkata: “Wahai Rasulullah, apa yang menyusahkanmu dari perkara wanita? Bila engkau menceraikan mereka, maka sungguh Allah bersamamu, para malaikatnya, Jibril dan Mikail. Aku, Abu Bakar dan kaum mukminin pun bersamamu.”

Ketika telah lewat waktu 29 malam, beliau pertama kali masuk menemui ‘Aisyah. “Wahai Rasulullah, bukankah engkau telah bersumpah untuk tidak masuk menemui kami selama sebulan, sementara waktu yang kuhitung baru berjalan 29 malam,” tanya ‘Aisyah mengingatkan beliau.

“Bulan ini lamanya 29 malam,” jawab beliau.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat takhyir5, ‘Aisyah-lah yang paling pertama dari istri beliau yang beliau tawarkan pilihan maka ‘Aisyah memilih tetap bersama beliau. Setelahnya beliau pun memberikan pilihan kepada istri-istri beliau yang lain maka mereka semuanya mengucapkan seperti yang diucapkan ‘Aisyah (semuanya memilih tetap bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam).” (HR. Al-Bukhari no. 4913, 5191 dan Muslim no. 1479)

Pertikaian pun pernah terjadi dalam rumah tangga putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, Fathimah Az-Zahra Radhiallahu ‘anha, seorang yang dikabarkan sebagai tokoh wanita ahlul jannah. Rumah tangga Fathimah dengan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu, seorang yang cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya.6 Ali pernah marahan dengan istrinya dan setelahnya ia keluar dari rumah menuju masjid dan tidur di sana.

Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi Radhiallahu ‘anhu berkata: “Nama yang paling disukai oleh Ali Radhiallahu ‘anhu adalah Abu Turab. Dia senang sekali bila dipanggil dengan nama yang diberikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam itu. Suatu hari Ali marah kepada Fathimah, maka ia pun keluar dari rumah menuju masjid dan berbaring di sana. Bertepatan dengan kejadian tersebut Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam datang ke rumah putrinya, Fathimah, namun beliau tidak mendapatkan Ali di rumah.

5 Yaitu ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Jika Nabi menceraikan kalian, mudah-mudahan Rabbnya akan menggantikan untuknya istri-istri yang lebih baik daripada kalian… (At-Tahrim: 5)
Yakni janganlah kalian mengangkat diri kalian di hadapan beliau, karena jika beliau menceraikan kalian tidaklah berat/ sempit perkaranya bagi beliau dan tidaklah beliau dipaksa untuk terus bersama kalian. Bahkan beliau akan dapatkan pengganti kalian dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan kepada beliau istri-istri yang lebih baik daripada kalian, baik dalam hal agama maupun dalam keelokan paras. (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 873)

6 Sebagaimana diberitakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam peristiwa perang Khaibar:
“Aku sungguh akan memberikan bendera ini besok kepada seseorang yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya -atau beliau mengatakan: dia mencintai Allah dan Rasul-Nya-. Allah akan membukakan kemenangan melalui kedua tangannya…..” (HR. Al-Bukhari no. 3702 dan Muslim no. 2407). Dalam riwayat Muslim (no. 2404) disebutkan: …seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya….” Dan ternyata keesokan harinya Ali-lah yang diserahi bendera tersebut.



“Di mana anak pamanmu itu?” tanya beliau.
“Telah terjadi sesuatu antara aku dengan dia, dia pun marah padaku lalu keluar dari rumah. Dia tidak tidur siang di sisiku,” jawab Fathimah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berkata kepada seseorang: “Lihatlah (cari) di mana Ali.”

Orang yang disuruh itupun datang dan memberi kabar: “Wahai Rasulullah! Dia ada di masjid sedang tidur.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mendatangi Ali yang ketika itu sedang berbaring. Beliau dapatkan rida`-nya telah jatuh dari punggungnya sehingga pasir mengenai punggungnya. Mulailah beliau mengusap pasir tersebut dari punggung Ali seraya berkata: “Duduklah, wahai Abu Turab. Duduklah wahai Abu Turab!” (HR. Al-Bukhari no. 3703 dan Muslim no. 2409)

Demikian perselisihan yang pernah terjadi dalam rumah tangga orang-orang yang mulia, sengaja kami paparkan dengan tujuan agar mereka yang akan membangun mahligai rumah tangga atau telah menjalaninya, menyadari bahwa tidak ada rumah tangga yang lepas dari problema sehingga mereka bersiap-siap dan tidak kaget ketika problem itu datang menghadang. Dan agar mereka tidak terlalu muluk-muluk dalam angan-angan mereka tentang kehidupan berumah tangga7, selalu indah bak bunga-bunga di taman yang bermekaran dengan beragam warna, menampakkan keindahan yang mempesona dan menebarkan aroma yang harum semerbak!!! Rumah tangga tanpa masalah, tanpa problema, tanpa ganjalan, tanpa pertikaian, selalu sejalan, seia sekata, sepakat tanpa pernah ada perbedaan!!! Padahal bayangan ini sesuatu yang teramat langka untuk didapatkan pada sebuah rumah tangga di dunia… Sesuatu yang bisa dikatakan mustahil untuk sebuah akad yang dijalin dengan seorang anak Adam yang senantiasa punya salah, sebagaimana kata Rasul yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:

“Setiap anak Adam itu banyak bersalah. Dan sebaik-baik orang yang banyak bersalah adalah orang-orang yang mau bertaubat.” (HR. At-Tirmidzi no. 2616. Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihul Jami’ no. 4514 mengatakan: “(Hadits ini) hasan.”)

Masalah mesti akan dijumpai antara suami istri. Dan ketika masalah itu bergulir di antara keduanya semestinya keduanya berusaha mencari jalan penyelesaian, memperbaiki keadaan, dan menutup pintu rapat-rapat (dari campur tangan orang yang tidak berkepentingan). Bila seorang suami marah atau seorang istri sedang emosi, hendaklah keduanya berlindung kepada Allah ’Azza wa Jalla dari gangguan setan yang terkutuk, lalu bangkit berwudhu dan shalat dua rakaat. Bila salah satu dari keduanya (yang sedang marah, terbawa emosi) dalam keadaan berdiri maka hendaklah ia duduk, bila sedang duduk maka hendaklah ia berbaring. Atau salah seorang dari keduanya menghadap pasangannya, memeluknya dan meminta maaf bila memang ia bersalah melanggar hak pasangannya, dan yang dimintai maaf hendaklah lapang dada dengan memberi maaf karena mengharapkan wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Fiqhut Ta’ammul Bainaz Zaujain, hal. 37)

7 Yang akhirnya berujung dengan kekecewaan

Tidak sepantasnya ketika ada masalah dengan suami, seorang istri ngambek minta pulang ke rumah orang tuanya. Atau yang lebih parah lagi si istri minggat dari rumahnya, tanpa izin suami tentunya. Padahal di antara hak suami yang harus ditunaikan istri, si istri tidak boleh keluar dari rumah suaminya kecuali dengan izinnya8.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata: “Tidak halal bagi seorang istri keluar dari rumahnya kecuali dengan izin suami dan tidak halal bagi seorang pun mengambil istri seseorang dan menahannya dari suaminya, sama saja baik karena si istri tersebut seorang perawat, atau seorang bidan atau profesi lainnya. Bila istri tersebut keluar dari rumah suami tanpa izinnya, maka ia telah berbuat nusyuz9, bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya dan ia pantas mendapatkan hukuman.” (Majmu’ Al-Fatawa, 32/281)

Dengan demikian, bila ada permasalahan rumah tangga, seharusnya suami dan istri berusaha menyelesaikannya berdua bila memang masalahnya bisa diselesaikan berdua. Ibaratnya “tutup pintu rapat-rapat” dari masuknya pihak ketiga dan jangan sampai orang lain tahu masalah tersebut. Jangan tergesa-gesa melibatkan pihak luar, orang tua misalnya, karena dapat memperkeruh suasana, bukan memperbaiki keadaan. Melibatkan orang tua, apatah lagi orang tua yang masih awam, tidak memiliki pandangan dalam agama, belum tentu menyelesaikan masalah, malah bisa menambah panas dan keruhnya permasalahan. Terkecuali orang tua itu seorang yang arif, paham agama dan pandangannya lurus, barulah memungkinkan masalah yang ada diangkat padanya bila memang sepasang suami istri tidak bisa lagi menyelesaikannya berdua.

Sebagai akhir, hendaklah sepasang suami istri selalu bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam seluruh keadaan mereka, di mana pun mereka berada10 dan hendaklah keduanya melazimi (selalu) ketaatan kepada-Nya. Ketahuilah, dengan takwa segala masalah akan mendapatkan pemecahannya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Benar janji-Nya telah berfirman dalam Tanzil-Nya:

8 Al-Imam Al-Bukhari Rahimahullah membuat satu bab dalam kitab Shahih-nya dengan judul: Isti‘dzanul Mar‘atu Zaujaha fil Khuruj ilal Masjid wa Ghairi (Permintaan izin istri kepada suaminya untuk keluar menuju masjid atau yang selainnya). Kemudian beliau Rahimahullah membawakan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:
“Apabila istri minta izin kepada salah seorang dari kalian untuk keluar menuju masjid, maka janganlah ia mencegahnya.” (Hadits no. 5238)

9 Lihat pembahasan nusyuz dalam Syariah Vol. I/No. 04/Juli 2003/Jumadil Ula 1424 H, hal. 58-60

10 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berpesan:


“Bertakwalah engkau kepada Allah di mana pun engkau berada.” (HR. At-Tirmidzi, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani Rahimahullah dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, 2/1618, dan Al-Misykat no. 5083)

“Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan jalan keluar baginya.” (Ath-Thalaq: 2)

Dan firman-Nya:
“Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (Ath-Thalaq: 4)
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

4/24/2009

Mencuri Shalat

''Sejahat-jahat pencuri adalah orang yang mencuri
dari shalatnya. Para sahabat nabi bertanya, 'Wahai
Rasulullah, bagaimana ia mencuri dari shalatnya?'
Beliau menjawab, [Ia] tidak menyempurnakan ruku dan
sujudnya.'' (HR Ahmad).

Suatu hari, seusai shalat berjamaah, Rasulullah
duduk bersama para sahabatnya di salah satu sudut
masjid. Tiba-tiba datang seorang laki-laki ke sebuah
sudut lain dan langsung mengerjakan shalat
sendirian. Dalam shalatnya orang itu ruku dan sujud
dengan cara mematuk (sebentar-sebentar) karena
terburu-buru.

Melihat hal itu, kemudian Rasulullah berkata kepada
para sahabatnya, ''Apakah kalian menyaksikan orang
ini? Barang siapa meninggal dalam keadaan
[shalatnya] seperti ini, maka ia meninggal di luar
agama Muhammad.''

Nabi Saw kemudian meng-qiyas-kan (memperumpamakan)
orang itu seperti burung gagak yang sedang mematuk
darah dan seperti orang lapar yang hanya makan
sebutir atau dua butir kurma. ''Bagaimana ia bisa
kenyang?'' tanya beliau.

Sikap terburu-buru dalam shalat, hingga merusak
gerakan dan makna shalat, menurut Muhammad Shalih
Al-Munajim termasuk perbuatan dosa. Hal itu sama
saja dengan memusnahkan thuma'ninah 'tenang/diam
sejenak' yang merupakan salah satu rukun shalat.
Padahal, tidak ada shalat tanpa melengkapi
rukun-rukunnya.

Jadi, dengan tidak dipenuhinya thuma'ninah, shalat
bukan sekadar tidak sah, tetapi shalat itu dianggap
tidak ada. Allah bahkan mengancam orang-orang yang
shalatnya seperti itu dengan kutukan bahwa mereka
akan celaka. Pasalnya, dengan meninggalkan hal
tersebut (thuma'ninah), mereka sudah lalai dalam
shalat (QS Al-Ma'un: 4).

Mengapa Allah dan nabi saw sedemikian mencela dan
mengancam perbuatan itu, sampai disamakan dengan
mencuri? Sebab, shalat adalah hubungan batin antara
hamba dan Allah yang sangat sakral. Hubungan khusus
itu mengandung makna penghambaan dan penghormatan
kepada Sang Pemilik Kehidupan, Allah yang mahaagung.

Membuang thuma'ninah merupakan bukti bahwa orang
yang melakukan shalat itu tidak sungguh-sungguh
dalam melakukan penghormatan terhadap Tuhan, bahkan
hal itu juga termasuk penghinaan.
Dalam hubungan antarsesama manusia saja terdapat
hukum sopan santun, terutama terhadap yang lebih
tinggi kemuliaannya, apalagi terhadap Tuhan yang
telah memberikan kepada manusia segala kenikmatan.

4/06/2009

Menghitung Biaya Desain-2

Untuk metode ke 2, lebih menerapkan perhitungan bisnis, dan sangat personal, karena bisa terselip target2 pribadi di sini.

Komponen terpenting dalam penghitungan biaya jasa desain metode 2
  1. Indeks / standar harga per jam kerja.
  2. Tahapan kerja dan proses kreatif.
  3. ROI (Return of Investment), balik modal.
Ini kisah tentang si Ahmad, sekali lagi gw gak bermaksud nyindir2 member milis. Ahmad selepas D3 desain grafis dapet panggilan kerja untuk ngedesain di Irian Jaya, di puncak gunung dengan fasilitas internet yang ngebut banget karena pake satelit. Ahmad lagi video chat sama bokapnya. Gini ceritanya:

Ahmad bilang ke bokapnya kalo dia mau balik aja ke Jakarta biar deket sama bininya sekaligus deket sama sumber perputaran uang. Ahmad lagi nego supaya dapet hibah duit untuk memulai usaha desain grafis. Ini yang diajukan Ahmad:
  1. 1Unit PC dual core, RAM 2 Gb, 21" LCD widescreen: Rp. 8jt.
  2. 1 Unit PC PIII seken untuk administrasi, Rp. 2jt.
  3. 1 Unit macbook buat presentasi (biar gengsi) Rp. 10jt
  4. Printer warna plus laserjet, Rp. 2jt
  5. Scanner, Rp. 1,2jt
  6. Seperangkat meja kursi Rp. 3jt

    Total Rp. 26,2jt

"Gak mahal kok Pa, cuma 30jt. Mana ada usaha jaman sekarang cuma modal 30jt" kata Ahmad.
"Enak aje lu,..emang usaha cukup segitu doang kebutuhannya? Lu mau kerja di mana? Gw gak mau lu kerja dirumah ntar lu nebeng listrik ama telpon, gw juga yang bayar!"
Galak banget emang si Papanya Ahmad.," Hitung lagi!"


Ahmad berhitung lagi:

  1. Kontrak rumah buat kerja: Rp. 2,5jt sebulan, kali2 gak ada order selama 3 bulan, Ahmad ngajuin 3x2,5jt, =Rp. 7,5jt.
  2. Takut kewalahan harus kerja sendiri, takut juga gak bisa cari order banyak, Ahmad nambahin biaya staf admin, sekaligus tukang ketik, jualan, jaga kantor, bikinin kopi. Gaji 1,5jt kayaknya cukup. 3bulan x 1,5jt = Rp. 4,5jt.
  3. Berhubung si Papa perhitungan, biaya bensin mobil sama motor buat operasional mesti diitung juga: kira2 buat 3 bulan Rp. 5jt.
  4. Biaya listrik, biaya internet, uang saku,...di sini Ahmad mulai pusing dan ragu, apakah Papanyamau ngasih duit, karena setelah dihitung2 bagian ini hampir 10 juta sendiri.
  5. Ahmad mulai mikir2 mesti cari staf yang sehat, gak perokok, gak maen cewek / cowok, alim, rajin gak suka ngebut, soalnya Ahmad takut, kalo stafnya sakit n kenapa2, mesti bantu duit juga. Sekali lagi Ahmad mikir, mending jadi pegawai aja kali,...aduh.

"BUZZ" Papanya Ahmad ngebuzz,..heh, masih di situ gak? Berapa totalnya..?"
Total: 26,2 + 27 = Rp. 53.2 jt.


"60 juta, Pa," Kata Ahmad.
"Biaya kuliah udah lu itung blom"
"Wah, masa diitung sih Pa...?"
"Iya dong,..lu pikir itu bukan duit? Lu itung biaya kuliah, plus biaya2 kursus yang lu ikutin. Sapa suruh kuliah di UDH Karangwaci, pake kursus segala di RG!"


Aduh, pusing gak tuh,..biaya kuliah hampir 200jutaan termasuk uang pangkal.
Jadi total Rp. 260jt.

"Gini, Papa pinjemin 70jt, hitung sama kuliah, trus tentuin lu mau balik modal kapan?" Astaga, si Papa itung2an bisnis sama anaknya.

Alot juga,..akhirnya sepakat balik modal (ROI) dalam 3 tahun.

Sekarang kita hitung indeks jam kerja si Ahmad:
Investasi: Rp. 260 jt.
260jt : 3th : 12 bulan : 22 hari kerja : 8 jam = Rp. 41.000,- /jam.

Ahmad dapet proyek flyer juga
Rupanya Ahmad juga dipanggil buat ngerjain flyer yang sama dengan Indra (lihat artikel bagian 1) Ck..ck..flyer aja dipitching..! Ahmad juga punya tahapan kerja yang sama dengan Indra, jadi harga yang diajukan adalah:

70 jam x Rp. 41.000 = Rp. 2.870.000,-

4/05/2009

Menghitung Biaya Desain-1

Miliser,

Gw coba merinci cara perhitungan harga desain. Cara ini bisa dipakai untuk menghitung semua jasa desainer, baik sekedar retouching foto, publishing item sampe ke corporate identity.

Komponen terpenting dalam penghitungan biaya jasa desain:

  1. Indeks / standar harga per jam kerja.
  2. Tahapan kerja dan proses kreatif.

Berdasarkan indeks / standar harga per jam kerja
Si Indra,..(bukan Indra Widjono) baru aja lulus Fakultas Desain di Jakarta. Indra sedang melamar kerja dan mengetahui bahwa rata-rata gaji seorang desainer baru lulus adalah antara Rp. 1,2 hingga 2jt. Berapa index per jam kerja Indra?

Kita anggap Indra berangan-angan bergaji 2jt sebulan:

  • Jam kerja: 8 jam perhari (minus istirahat)
  • Jumlah hari kerja sebulan: 22 hari.
  • Jadi index per jam kerja Indra: Rp. 2.000.000 : 8 : 22 = Rp. 11.363,-
  • Kita bulatkan aja biar gampang: Rp. 12.000,-
  • (btw,..kalo lu gak suka matematika, sebaiknya jangan coba-coba jadi desainer pro.!)
  • Kita tetapkan indeks per jam kerja Indra adalah Rp. 12.000,-


Contoh Kasus

Suatu ketika Indra dapet order bikin flyer, wah 1st customer, harus dipuasin banget nih, soalnya ngarepin ordernya bakalan kontinyu..(harapan semua desainer pro,..ha..ha..) Oh ya, pro di sini bukan berarti jago ya, tapi kerja ngedesain buat cari duit.

Si klien mulai ngejelasin konten flyernya:

  1. Ada logo, tapi harus diredraw dulu (nge-path bo').
  2. Tulungin yak, cariin foto buat bekgron
  3. Oh iya, teksnya ada nih di ms. word tapi blom lengkap, nih saya kasih printnya.
  4. Nah gini mas, bos saya maunya kamu kasih beberapa alternatif, yah biar seneng aja bos saya, nanti kerjaannya kontinyu lho, kita juga mau bikin bla.bla..bla..(sebagai desainer, lu seneng gak denger kayak beginian,..gw sih udah kebal dah,..keseringan klien ngomong gini..sebenernya sih minta diservice dan diskon aja,...tapi ada kok yg beneran kontinyu, saya gak nyindir Mbak Kitty lho,..he..he..)
  5. Oh ya mas Indra,..bos saya tuh gaptek gak bisa buka imel, jadi nanti desainnya di print aja, anter aja ke kantor ya,..saya tunggu lho.

Pertanyaan, berapa harga desain yang harus diajukan?

Gini cara menghitungnya:
Tahap I: Rencana kerja dan proses kreatif:

  1. Redraw logo: 3 jam
  2. Browsing cari bekgron: 3 jam
  3. Ngetik teks: 1 jam (padahal sih cuma 15 menit)
  4. Mikirin konsep: 4 jam
  5. Bikin sketsa desain: 4 jam
  6. Mulai ngelayout: 1 alternatif 4 jam, 3 alternatif berarti 12 jam
  7. Ngeprint kalo gak ada eror: 1 jam
  8. Abis diprint merasa gak sreg, bikin revisi dulu: 2 jam
  9. Ngeprint lagi dan nempelin ke karton hitam biar keren
    kalo diprensentasi-in: 2 jam
  10. Lama perjalanan ke klien: 2 jam pp

Total jam kerja Tahap 1, Pengajuan Desain: 34 jam

Eit, blom selesai nih,..ada lagi, kalo ada revisi:

2. Tahapan revisi

  1. Desain terpilih ada 2, minta dikombinasi: 6 jam.
  2. Ngeprint lagi: 2 jam
  3. Balik lagi ke klien: 2 jam
  4. TOTAL 1 kali revisi: 10 jam. Berapa kali kemungkinan revisi?
    Misalnya 3 kali: Total 30 jam.

Total tahap 2, Revisi: 30 jam

Eiiitt,..masih ada lagi: Nyiapin data separasi / FA

3. Tahapan penyiapan data FA / separasi

  1. Cek warna desain yang sudah dipilih: 1 jam
  2. Cek kualitas foto2 yang digunakan: 1 jam
  3. Proses postcript file: 1/2 jam
  4. Proses ke PDF high quality: 1/2 jam
  5. Burning ke CD: 1/2 jam
  6. Final print: 1/2 jam
  7. Anter lagi ke klien: 2 jam

Tahap 3, Pra-Cetak: 6 jam.
(Nah,..lu pikir gampang jadi desainer pro..? Ha..ha..)


JADI TOTAL JAM KERJA ADALAH: 70 jam,
dikalikan indeks per jam kerja Indra: Rp. 12.000,- = Rp. 840.000,-



Pantes kan? Itu METODE 1 menghitung harga untuk pengajuan desain 3 alternatif sudah termasuk data FA / Separasi.